MAKALAH PENDIDIKN MASA BAN ABBASIYYAH
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Apapun yang tergelar
dimuka bumi ini adalah rahmat-Nya. Atas rahmat dan karunia-Nya, penulis diberi
kekuatan dan kesanggupan untuk menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam
semoga Allah limpahkan kepada Nabi dan Rasul Allah, Nabi Muhammad SAW.
Dalam tradisi ilmiah di kampus, tulisan
yang menunjukkan karya tertentu dari mahasiswa biasa disebut makalah. Dalam
penulisan makalah ini pemakalah
mengambil ringkasan dari buku-buku yang berkaitan dengan judul yang
diangkat.
Pemakalah menyadari masih banyak kekurangan
dalam pembuatan makalah ini. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat pemakalah harapkan guna perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang barokah kepada pemakalah
khususnya dan pembaca umumnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya pendidikan Islam erat
kaitannya dengan sejarah Islam, karena proses pendidikan Islam telah
berlangsung sepanjang sejarah Islam, dan berkembang sejalan dengan perkembangan
sosial budaya umat Islam. Masa keemasan Islam atau sering disebut peradaban Islam dalam bidang pendidikan
ditancapkan pada masa Daulah Abbasiyah. Sebuah rezim yang dalam sejarah Islam
dinisbahkan dari mana silsilah keluarga Nabi Muhammad saw., al-Abbas (paman
Nabi). Kemajuan yang pesat diperoleh dinasti Abbasiyah dalam berbagai bidang
kehidupan pada masa itu untuk sekedar membandingkan dengan peradaban Islam kini
secara jujur diakui, belum tertandingi.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
masa pemerintahan Bani Abbasiyah?
2. Bagaimanakah
perkembangan pendidikan Islam pada masa Bani Abbasiyah?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui Awal berdirinya Dinasti Abbasiyah
2.
Untuk mengetahui pendidikan islam pada masa keemasan.
4.
Untuk mengetahui sistem pendidikan islam pada masa kejayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah
melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena
para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi
Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad
ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104
H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awal 132 H.[1]
B. Masa Kejayaan Islam di Era Binasti
Abbasiyah
Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai
puncaknya pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid (786 M - 809 M) dan putranya
Al-Makmun (813 M - 833 M). Harun Al-Rasyid oleh para sejarahwan dianggap
sebagai khalifah yang paling besar dan cemerlang yang membawa Dinasti Abbasiyah
ke zaman keemasannya.Kekayaan yang dimiliki khalifah Harun Al-Rasyid dan
putranya Al-Makmun digunakan untuk kepentingan sosial seperti: lembaga
pendidikan, kesehatan, rumah sakit, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta
kesusastraan berada pada zaman keemasan.
Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan
Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu
Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi,
peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu
pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa
asing ke bahasa Arab.
Fenomena ini kemudian yang melahirkan
cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di
berbagai disiplin ilmu pengetahuan[2]
Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya pada
bidang sastra dan seni saja juga berkembang Ilmu-ilmu Naqli dan Ilmu Aqli.
Perkembangan ini memunculkan tokoh-tokoh besar dalam sejarah ilmu pengetahuan,
dalam ilmu bahasa muncul antara lain Ibnu Malik At-Thai seorang pengarang buku
nahwu yang sangat terkenal Alfiyah Ibnu malik, dalam bidang sejarah muncul
sejarawan besar Ibnu Khaldun serta tokoh-tokoh besar lainnya yang memiliki
pengaruh yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.[3]
C. Lembaga-Lembaga Pendidikan Pada Masa Bani
Abbasiyah[4]
Sebelum munculnya sekolah dan universitas
yang kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam
sebenarnya telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bersifat non
fomal. Lembaga-lembaga ini berkembang terus dan bahkan bersamaan dengannya
tumbuh dan berkembang bentuk-bentuk lembaga pendidikan non formal yang semakin
luas. Diantara lembaga-lembaga pendidikan Islam yang becorak non formal
tersebut adalah:
1.
Kuttab Sebagai Lembaga Pendidikan Dasar
Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar
kataba yang berarti menulis atau tempat menulis. Dalam Ensiklopedi Islam
dijelaskan bahwa Kuttab adalah sejenis tempat belajar yang mula-mula lahir di
dunia Islam. Pada awalnya Kuttab berfungsi sebagai tempat memberikan pelajaran
menulis dan membaca bagi anak-anak. Kemudian pada akhir abad pertama hijriyah
munculah jenis Kuttab yang disamping memberikan pelajaran membaca dan menulis,
juga mengajarkan membaca Al-Qur’an dan pokok-pokok ajaran agama, serta
pengetahuan dasar lainnya.
2.
Pendidikan Rendah di Istana
Corak pendidikan anak-anak di istana
berbeda dengan pendidikan anak-anak di kuttab-kuttab, pada umumnya di istana
para orang tua siswa (para pembesar istana) yang membuat rencana pembelajaran
selaras dengan anaknya dan tujuan yang ingin dicapai orang tuanya. Rencana
pelajaran untuk pendidikan di istana pada garis besarnya sama dengan pelajaran
pada kuttab-kuttab hanya sedikit ditambah dan dikurangi sesuai dengan kehendak
orang tua mereka.
Guru yang mengajar di Istana disebut
Muaddib. Kata muaddib berasal dari kata adab yang berarti budi pekerti atau
meriwayatkan.guru pendidikan di istana disebut muaddib karena berfungsi
mendidik budi pekerti dan mewariskan kecerdasan dan pengetahuan-pengetahuan
orang-orang terdahulu kepada anak-anak pejabat.
3.
Toko-toko Buku
Pada masa ini, toko buku berkembang dengan
pesat seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Uniknya toko buku
ini tidak hanya menjadi pusat pengumpulan dan penyebaran (penjualan) buku-buku,
tetapi juga menjadi pusat studi berkembang di dalamnya. Pemilik toko buku dapat
berperan sebagai tuan rumah dan juga sebagai pemimpin lingkar studi tersebut.
4.
Rumah Sakit
Pada masa Abbasiyah, rumah sakit bukan
hanya berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang-orang sakit, tetapi
juga mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan
melalui praktikum yang diadakan oleh sekolah kedikteran di luar rumah sakit.
5.
Perpustakaan
Para ulama
dan sarjana dari berbagai macam keahlian, pada umumnya menulis buku
dalam bidangnya masing-masing dan selanjutnya, karya-karya para ilmuan muslim
tersebut dihimpun dalam perpustakaan yang tersebar di berbagai kota. Menurut
catatan Mehdi Nakosteen ada 36 perpustakaan di Baghdad sebelum akhirnya
diluluhlantahkan oleh tentara Hulagu Khan dari Mongol.
Baitul Hikmah di Baghdad yang didirikan
khalifah Al-Rasyid adalah merupakan salah satu contoh dari perpustakaan Islam
yang lengkap, yang berisi ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa arab, bermacam-macam
ilmu pengetahuan yang telah berkembang pada masa itu.
Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan
sebuah universitas karena disamping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga
dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
6.
Masjid
Semenjak berdirinya dizaman nabi Muhammad
SAW, Masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah
kehidupan kaum muslimin. Ia menjadi tempat bermusyawarah, tempat mengadili
perkara, tempat menyampaikan penerangan agama dan informasi lainnya dan tempat
menyelenggarakan pendidikan.
Pada masa Bani Abbasiyah dan masa perkembangan
kebudayaan Islam, masjid-masjid yang didirikan oleh para pengusaha pada umumnya
di lengkapi dengan berbagai macam sarana dan fasilitas untuk pendidikan.
Masjid dapat dikatakan sebagai lembaga
pendidikan yang khas. Dan pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah,
penyelenggaraan pendidikan di masjid sangat didukung oleh pemerintah.
D. Sistem pendidikan islam pada masa kejayaan[5]
Masa kejayaan pendidikan Islam dimulai
dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam yang ditandai dengan berkembang
luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal serta
universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Pendidikan tersebut sangat
berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan, budaya dan menghasilkan pembentukan
dan perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum muslimin.
Adapun sistem pendidikan Islam pada masa
kejayaan meliputi :
1. Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau
dipelajari oleh siswa. Lebih luas lagi, kurikulum bukan hanya sekedar rencana
pelajaran, tetapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di
sekolah.
Kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam pada mulanya berkisar pada
bidang studi tertentu. Namun seiring perkembangan sosial dan cultural, materi
kurikulum semakin luas. Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum
sekolah tingkat rendah adalah al-Quran dan agama, membaca, menulis, dan
berenang. Sedangkan untuk anak-anak amir dan penguasa,
Kurikulum tingat rendah sedikit berbeda. Di istana-istana biasanya
ditegaskan pentingnya pengajaran ,ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara
pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti al-Quran, syair, dan fiqih.
Setelah usai menempuh pendidikan rendah, siswa bebas memilih bidang studi yang
ingin ia dalami di tingkat tinggi.
Ilmu-ilmu agama mendominasi kurikulum di
lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti masjid, dengan al-Quran sebagai
intinya. Ilmu-ilmu agama harus dikuasai agar dapat memahami dan menjelaskan
secara terperinci makna al-Quran yang berfungsi sebagai fokus pengajaran.
2. Metode Pengajaran
Dalam proses belajar mengajar, metode pengajaran merupakan salah satu
aspek pengajaran yang penting untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan
dari seorang guru kepada para pelajar. Metode pengajaran yang dipakai dapat
dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu lisan, hafalan, dan tulisan. Metode
lisan bisa berupa dikte, ceramah, dan diskusi. Metode menghafal merupakan ciri
umum dalam sistem pendidikan Islam pada masa ini. Untuk dapat menghafal suatu
pelajaran, murid-murid harus membaca berulang-ulang sehingga pelajaran melekat
di benak mereka. Sedangkan metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama.
3. Rihlah Ilmiyah
Salah satu ciri yang paling menarik dalam pendidikan Islam di masa itu
adalah sistem Rihlah Ilmiyah, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk
mencari ilmu.
BAB III
PENUTUP
Pada masa Dinasti Abbasiyah ini banyak
sekali kemajuan-kemajuan yang timbul dibindang pendidikan Islam, tidak luput
dari itu banyak sekali tokoh-tokoh Islam yang bermunculan dalam menggali ilmu
pengetahuan. Berbagai lembaga dari pemerintahan pun dibuat semaksimal mungkin,
sehingga berbagai sistem pendidikan juga mengikuti untuk memudahkan proses
perkembangan kemajuan pendidikan islam di kala itu.
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim,2006. Sejarah Pendidikan
Islam Pada Masa Abbasiyah. Jakarta : PT.Grafindo Persada.
Hasjmi A.1997.Sejarah Kebudayaan Islam.
Jakarta : Al- Husna Dzikra,
Suwito. 2008. Sejarah
Sosial Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana.
No comments:
Post a Comment