Monday, August 15, 2016

MAKALAH PENDIDIKAN BANI ABBASIYYAH



MAKALAH PENDIDIKN MASA BAN ABBASIYYAH
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Apapun yang tergelar dimuka bumi ini adalah rahmat-Nya. Atas rahmat dan karunia-Nya, penulis diberi kekuatan dan kesanggupan untuk menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi dan Rasul Allah, Nabi Muhammad SAW.
Dalam tradisi ilmiah di kampus, tulisan yang menunjukkan karya tertentu dari mahasiswa biasa disebut makalah. Dalam penulisan makalah ini pemakalah  mengambil ringkasan dari buku-buku yang berkaitan dengan judul yang diangkat.
Pemakalah menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat pemakalah harapkan guna perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang barokah kepada pemakalah khususnya dan pembaca umumnya.










BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berkembangnya pendidikan Islam erat kaitannya dengan sejarah Islam, karena proses pendidikan Islam telah berlangsung sepanjang sejarah Islam, dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya umat Islam. Masa keemasan Islam atau sering disebut peradaban Islam dalam bidang pendidikan ditancapkan pada masa Daulah Abbasiyah. Sebuah rezim yang dalam sejarah Islam dinisbahkan dari mana silsilah keluarga Nabi Muhammad saw., al-Abbas (paman Nabi). Kemajuan yang pesat diperoleh dinasti Abbasiyah dalam berbagai bidang kehidupan pada masa itu untuk sekedar membandingkan dengan peradaban Islam kini secara jujur diakui, belum tertandingi.
B.  Rumusan Masalah
1.         Bagaimanakah masa pemerintahan Bani Abbasiyah?
2.         Bagaimanakah perkembangan pendidikan Islam pada masa Bani Abbasiyah?

C. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui Awal berdirinya Dinasti Abbasiyah
2.      Untuk mengetahui pendidikan islam pada masa keemasan.
4.      Untuk mengetahui sistem pendidikan islam pada masa kejayaan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Awal Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awal 132 H.[1]
B.     Masa Kejayaan Islam di Era Binasti Abbasiyah
Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid (786 M - 809 M) dan putranya Al-Makmun (813 M - 833 M). Harun Al-Rasyid oleh para sejarahwan dianggap sebagai khalifah yang paling besar dan cemerlang yang membawa Dinasti Abbasiyah ke zaman keemasannya.Kekayaan yang dimiliki khalifah Harun Al-Rasyid dan putranya Al-Makmun digunakan untuk kepentingan sosial seperti: lembaga pendidikan, kesehatan, rumah sakit, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasan.
Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan[2]
Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya pada bidang sastra dan seni saja juga berkembang Ilmu-ilmu Naqli dan Ilmu Aqli. Perkembangan ini memunculkan tokoh-tokoh besar dalam sejarah ilmu pengetahuan, dalam ilmu bahasa muncul antara lain Ibnu Malik At-Thai seorang pengarang buku nahwu yang sangat terkenal Alfiyah Ibnu malik, dalam bidang sejarah muncul sejarawan besar Ibnu Khaldun serta tokoh-tokoh besar lainnya yang memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.[3]
C.     Lembaga-Lembaga Pendidikan Pada Masa Bani Abbasiyah[4]
Sebelum munculnya sekolah dan universitas yang kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam sebenarnya telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bersifat non fomal. Lembaga-lembaga ini berkembang terus dan bahkan bersamaan dengannya tumbuh dan berkembang bentuk-bentuk lembaga pendidikan non formal yang semakin luas. Diantara lembaga-lembaga pendidikan Islam yang becorak non formal tersebut adalah:
1.       Kuttab Sebagai Lembaga Pendidikan Dasar
Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis. Dalam Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa Kuttab adalah sejenis tempat belajar yang mula-mula lahir di dunia Islam. Pada awalnya Kuttab berfungsi sebagai tempat memberikan pelajaran menulis dan membaca bagi anak-anak. Kemudian pada akhir abad pertama hijriyah munculah jenis Kuttab yang disamping memberikan pelajaran membaca dan menulis, juga mengajarkan membaca Al-Qur’an dan pokok-pokok ajaran agama, serta pengetahuan dasar lainnya.
2.      Pendidikan Rendah  di Istana
Corak pendidikan anak-anak di istana berbeda dengan pendidikan anak-anak di kuttab-kuttab, pada umumnya di istana para orang tua siswa (para pembesar istana) yang membuat rencana pembelajaran selaras dengan anaknya dan tujuan yang ingin dicapai orang tuanya. Rencana pelajaran untuk pendidikan di istana pada garis besarnya sama dengan pelajaran pada kuttab-kuttab hanya sedikit ditambah dan dikurangi sesuai dengan kehendak orang tua mereka.
Guru yang mengajar di Istana disebut Muaddib. Kata muaddib berasal dari kata adab yang berarti budi pekerti atau meriwayatkan.guru pendidikan di istana disebut muaddib karena berfungsi mendidik budi pekerti dan mewariskan kecerdasan dan pengetahuan-pengetahuan orang-orang terdahulu kepada anak-anak pejabat.
3.       Toko-toko Buku
Pada masa ini, toko buku berkembang dengan pesat seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Uniknya toko buku ini tidak hanya menjadi pusat pengumpulan dan penyebaran (penjualan) buku-buku, tetapi juga menjadi pusat studi berkembang di dalamnya. Pemilik toko buku dapat berperan sebagai tuan rumah dan juga sebagai pemimpin lingkar studi tersebut.
4.      Rumah Sakit
Pada masa Abbasiyah, rumah sakit bukan hanya berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang-orang sakit, tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan melalui praktikum yang diadakan oleh sekolah kedikteran di luar rumah sakit.

5.       Perpustakaan
Para ulama  dan sarjana dari berbagai macam keahlian, pada umumnya menulis buku dalam bidangnya masing-masing dan selanjutnya, karya-karya para ilmuan muslim tersebut dihimpun dalam perpustakaan yang tersebar di berbagai kota. Menurut catatan Mehdi Nakosteen ada 36 perpustakaan di Baghdad sebelum akhirnya diluluhlantahkan oleh tentara Hulagu Khan dari Mongol.
 Baitul Hikmah di Baghdad yang didirikan khalifah Al-Rasyid adalah merupakan salah satu contoh dari perpustakaan Islam yang lengkap, yang berisi ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa arab, bermacam-macam ilmu pengetahuan yang telah berkembang pada masa itu.
Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas karena disamping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
6.       Masjid
Semenjak berdirinya dizaman nabi Muhammad SAW, Masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kehidupan kaum muslimin. Ia menjadi tempat bermusyawarah, tempat mengadili perkara, tempat menyampaikan penerangan agama dan informasi lainnya dan tempat menyelenggarakan pendidikan.
Pada masa Bani Abbasiyah dan masa perkembangan kebudayaan Islam, masjid-masjid yang didirikan oleh para pengusaha pada umumnya di lengkapi dengan berbagai macam sarana dan fasilitas untuk pendidikan.
Masjid dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan yang khas. Dan pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, penyelenggaraan pendidikan di masjid sangat didukung oleh pemerintah.



D.    Sistem pendidikan islam pada masa  kejayaan[5]
Masa kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Pendidikan tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan, budaya dan menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum muslimin.
Adapun sistem pendidikan Islam pada masa kejayaan meliputi :
1. Kurikulum
           Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa. Lebih luas lagi, kurikulum bukan hanya sekedar rencana pelajaran, tetapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
           Kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam pada mulanya berkisar pada bidang studi tertentu. Namun seiring perkembangan sosial dan cultural, materi kurikulum semakin luas. Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah al-Quran dan agama, membaca, menulis, dan berenang. Sedangkan untuk anak-anak amir dan penguasa,
           Kurikulum tingat rendah sedikit berbeda. Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya pengajaran ,ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti al-Quran, syair, dan fiqih. Setelah usai menempuh pendidikan rendah, siswa bebas memilih bidang studi yang ingin ia dalami di tingkat tinggi.
          
 Ilmu-ilmu agama mendominasi kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti masjid, dengan al-Quran sebagai intinya. Ilmu-ilmu agama harus dikuasai agar dapat memahami dan menjelaskan secara terperinci makna al-Quran yang berfungsi sebagai fokus pengajaran.
2. Metode Pengajaran
           Dalam proses belajar mengajar, metode pengajaran merupakan salah satu aspek pengajaran yang penting untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada para pelajar. Metode pengajaran yang dipakai dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu lisan, hafalan, dan tulisan. Metode lisan bisa berupa dikte, ceramah, dan diskusi. Metode menghafal merupakan ciri umum dalam sistem pendidikan Islam pada masa ini. Untuk dapat menghafal suatu pelajaran, murid-murid harus membaca berulang-ulang sehingga pelajaran melekat di benak mereka. Sedangkan metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama.
3. Rihlah Ilmiyah
            Salah satu ciri yang paling menarik dalam pendidikan Islam di masa itu adalah sistem Rihlah Ilmiyah, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu.

BAB III
PENUTUP

Pada masa Dinasti Abbasiyah ini banyak sekali kemajuan-kemajuan yang timbul dibindang pendidikan Islam, tidak luput dari itu banyak sekali tokoh-tokoh Islam yang bermunculan dalam menggali ilmu pengetahuan. Berbagai lembaga dari pemerintahan pun dibuat semaksimal mungkin, sehingga berbagai sistem pendidikan juga mengikuti untuk memudahkan proses perkembangan kemajuan pendidikan islam di kala itu.

DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim,2006. Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Abbasiyah. Jakarta : PT.Grafindo Persada.
Hasjmi A.1997.Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Al- Husna Dzikra,
Suwito.  2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam.  Jakarta: Kencana.


[1]A Hasjmi. Sejarah Kebudayaan Islam. ( Jakarta : PT.Bulan Bintang, 1997 ), hlm. 212
[2]Ibid., hlm. 210
[3]Ibid., hlm. 213
[4]Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta. Kencana, 2008), hlm. 101- 107.
[5] Badrim Yatim. Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Abbasiyah. ( Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2006), h. 101-102

No comments:

Post a Comment

MAKALAH HAKIKAT KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN

MAKALAH HAKIKAT KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Dosen Pengampu : Hesti...