MAKALAH
MASA PEMBINAAN
PERIODE MAKKAH
Makalah ini disusun
untuk guna memenuhi mata
kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu Siti Rukhayati. M.Ag
Disusun Oleh :
Khotijatul Asna 111-14-094
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejarah
pendidikan Islam pada hakekatnya tidak terlepas dari sejarah Islam. Oleh sebab
itu periodisasi sejarah pendidikan Islam dapat dikatakan berada dalam
periode-periode sejarah Islam itu sendiri. Masa tersebut berlangsung sejak
Muhammad menerima wahyu dan menerima pengangkatannya sebagai rasul. Datangnya
ajaran Islam yang dibawa oleh para rasul yang telah di utus oleh Allah adalah
untuk meluruskan dan memacu perkembangan budaya umat manusia. Demikian pula
halnya dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad, berfungsi meluruskan
perkembangan budaya umat manusia. Dengan demikian tugas Muhammad adalahmenata
kembali unsur-unsur budaya yang telah ada dikalangan bangsawan dan meletakkan
unsur-unsur baru yang akan menjadi dasar bagi perkembangan
berikutnya.
Jadi dengan
mempelajari Sejarah Pendidikan Islam kita dapat mengetahui sebab kemajuan dan
kemunduran islam baik dari cara didikannya maupun cara ajarannya. Khusunya
pendidikan islam pada zaman Nabi Muhammad SAW.Sebagai umat islam, hendaknya
kita mengetahui sejarah tersebut guna menumbuhkembangkan wawasan generasi
mendatang di dalam pengetahuan sejarah tersebut. Dan di dalam makalah
ini kami akan membahas tentang pendidikan Islam Muhammad di Makkah
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud masa pembinaan pendidikan islam ?
2. Bagaimana karakteristik masyarakat
makkah ?
3. Bagaimana pendidikan pada masa pembinaan
periode makkah ?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui masa pembinaan
pendidikan islam.
2. Untuk mengetahui karakteristik
masyarakat makkah.
3. Untuk mengetahui pendidikan pada masa
periode makkah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masa Pembinaan Pendidikan Islam
Masa
pembinaan pendidikan Islam yang dimaksud adalah masa di mana proses penurunan
ajaran Islam kepada Muhammad SAW dan proses pembudayaanya berlangsung. Yang
dimaksudkan proses pembudayaan di sini adalah masuknya Islam ke dalam
kebudayaan manusiawi, sehingga diterima dan menjadi unsure yang menyatu dalam
kebudayaan manusia. Masa tersebut berlangsung sejak Muhammad SAW menerima wahyu
dan menerima pengangkatanya sebagai Rosul, sampai dengan lengkap dan
sempurnanya ajaran Islam menjadi warisan budaya umat Islam, sepeniggal Muhammad
SAW. Masa tersebut berlangsung selama 22 atau 23 tahun, sejak beliau menerima wahyu
pertama kali, yaitu 17
Ramadlon 13 tahun sebelum hijrah (bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M)
sampai dengan wafat beliau pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal 11 Hijrah ( bertepatan
dengan tanggal 8 Juni 832 M).
Datangnya
ajaran Islam yang dibawa oleh para Rosul yang telah diutus oleh Allah adalah
untuk meluruskan dan memacu perkembangan budaya umat manusia. Demikian pula
halnya dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Muhmmad SAW, yang dalam bentuknya
yang terakhir, berfungsi untuk meluruskan perkembangan budaya umat manusia yang
ada pada zamannya dan menata kembali unsur – unsur budaya yang telah ada di
kalangan bangsanya dan meletakkan unsure– unsur baru yang akan menjadi dasar
bagi perkembangan budaya berikutnya. Tugas ini bukan hanya tertuju pada
bangsanya sendiri tetapi mengarah pada pengembangan budaya seluruh umat
manusia. Namun demikian, beliau memulai dan berhadapan langsung dengan warisan
budaya bangsanya (bangsa Arab) karena disanalah ia lahir meskipun beliau diutus
oleh Allah untuk seluruh Alam. [1]
Sebagaimana
ditegaskan dalam firman Allah yang artinya :
“Dan kami
tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi pengingat.” ( Q.S al-Saba’:28)
Bangsa Arab
adalah keturunan Nabi Ibrahim dari anaknya Ismail, oleh karena itu pada
hakikatnya kebudayaan bangsa Arab adalah budaya warisan dari Nabi Ibrahim yang
tentunya terdapat unsur – unsur ajaran Islam yang telah dibudayakan oleh
Ibrahim dan Ismail kedalamnya. Tetapi karena sudah berjalan dalam waktu yang
cukup panjang maka unsur – unsur Islam tersebut tidak lagi tampak dalam bentuk
yang jelas, bahkan ada yang berubah sama sekali.
Intisari
ajaran Ibrahim dengan ka’bah sebagai pusatnya adalah ajaran Tauhid dan Muhammad
melalui tugasnya dengan membersihkan tauhid ini dari syirik dan penyembahan
terhadap berhala, sehingga mutiara tauhid yang telah pudar pada masa itu
menjadi cemerlang lagi dan menyinari seluruh warisan yang ada.
Dengan
demikian pendidikan Islam pada pembinaan ini dilaksanakan oleh Rosul
berdasarkan petunjuk dan bimbingang langsung dari Allah. Pelaksanaan pembinaan
pendidikan Islam pada zaman Nabi tersebut dapat dibedakan menjadi dua tahap
yaitu fase Makkah sebagai fase awal pembinaan pendidikan Islam dan fase Madinah sebagai
fase lanjutan (penyempurnaan) pembinaan pendidikan Islam.[2]
B.
Karakteristik Masyarakat Makkah
Pada waktu
munculnya Rasulullah, bangsa Makkah sedang melewati masa kebodohan. Seluruh
kehidupan sosial terjerumus ke dalam kenistaan dan pelanggaran-pelanggaran
sosial. Penyembahan berhala dan politeisme merupakan tatanan-tatanan pada waktu
itu. Mabuk, judi, dan zina merupakan perbuatan yang umum dari bangsa itu.
Pembunuhan bayi perempuan merupakan mode yang digemari oleh bangsa Makkah, dan
kaum wanita adalah kaum yang paling rendah derajadnya di dalam masyarakat
Makkah. Mereka tidak mempunyai hak sosial atau hak hukum. Persaingan antara
keturunan atau kaum yang ada pada saat itu sangat berpengaruh, terutama pada
kaum Quraisy dimana saat itu mereka sangat berpengaruh dan mempunyai kekusaan.
Sehingga kaum Quraisy sangat enggan tunduk kepada nabi Muhammad SAW yang secara
garis keturunan berasal dari kaum Abdul Muthalib, karena takut akan kehilangan
kekuasaan dan kedudukan.
Orang-orang
di Makkah sangat kuat memegang teguh kepercayaan nenek moyang mereka. Tradisi
tersebut dianggap hal yang mutlak serta membawa keberuntungan dan sangat sulit
untuk ditinggalkan. Membuat ataupun memahat patung adalah salah satu sumber
ekonomi masyarakat Makkah saat itu disamping berdagang.[3]
C.
Pendidikan masa pembinaan Islam
periode Makkah
Sebelum
Muhammad memulai tugasnya sebagai rasul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam
terhadap umatnya, Allah telah mendidik dan mempersiapkannya untuk melaksanakn
tugas tersebut secara sempurna, melalui pengalaman, pengenalan serta peran
sertanya dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan budayanya. Dengan potensi
fitrahnya yang luar biasa, ia mampu mengadakan penyesuaian diri dengan masyarakat
dan lingkungannya yang telah menyimpang dari ajaran-ajaran sebenarnya.
Menjelang usia ke -40 Allah memberikan kepercayaan kepada Muhammad sebagai
rasul / utusan untuk menjadi pendidik bagi umatnya. Untuk meluruskan kembali
warisan Nabi Ibrahim, serta memperbaiki keadaan dan situasi budaya
masyarakatnya. Nabi Muhammad menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah
pada tahun 610 M, sewaktu beliau telah mencapai umur 40 tahun.[4]
Muhammad
mulai menerima wahyu dari Allah sebagai petunjuk dan intruksi untuk
melaksanakan tugasnya. Dalam wahyu itu termaktub ayat Al-Qur’an.
Artinya : Bacalah dengan nama
Tuhanmu yang menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah
demi Tuhanmu yang paling Pemurah. Yang mengajar dengan perantara kalam. Yang
mengajar manusia apa-apa yang tidak diketahuinya.
(Q.S,Al-Alaq:1-5)
Perintah dan
petunjuk tersebut pertama-tama ditunjukkan kepada Nabi Muhammad SAW tentang apa
yang harus beliau lakukan, baik terhadap dirinya sendiri maupun umatnya.
Kemudian bahan materi pendidikan tersebut diturunkan secara berangsur-angsur
sedikit demi sedikit. Setiap kali menerima wahyu, segera disampaikan kepada
umatnya diiringi penjelasan dan contoh-contoh bagaimana pelaksanaannya. Nabi Muhammad SAW telah mendidik ummatnya secara bertahap. Beliau mulai
dengan mendidik istrinya ”Khadijah” untuk beriman dan menerima petunjuk-petujuk
Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya ”Ali Bin Abi Thalib” dan ”zait ibn
Haritsah”. Kemudian sahabat karibnya ”Abu Bakar As-Shiddiq” secara berangsur-angsur
hingga meluas tetapi masih terbatas dikalangan keluarga dekat suku Quraisy
saja. Mereka itulah orang-orang yang mula-mula Islam (Al
sabiquuna al awwaluna), dan mereka secara langsung diajar dan dididik oleh Nabi
untuk menjadi muslim dan siap menerima dan melaksanakan petunjuk dan perintah
dari Allah yang akan turun kemudian. Pada tahap awal ini, pusat kegiatan
pendidikan Islam tersebut diselenggarakan secara ter sembunyi di rumah Arqam
bin Abil Arqam.[5]
Demikian itu berlangsung sampai lebih dari 3 tahun, lalu turunlah
wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama islam kepada seluruh
penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu
dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan
sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran islam dan mendidik
sahabat-sahabatnya dengan pendidikan islam.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam,menyatakan
bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa Makkah meliputi:
a.
Pendidikan Keagamaan
Yaitu
hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama
berhala.
b.
Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu
mempelajari kejadian manusia dari
segumpal darah dan kejadian alam semesta.
c.
Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
Yaitu Nabi
Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan
ajaran tauhid.
d.
Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.
Yaitu
mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.[6]
Tahap
Pendidikan Islam Pada Fase Makkah
1)
Tahap Rahasia dan Perorangan
2)
Tahap Terang-Terangan.
3)
Tahap untuk Umum
Lembaga Pendidikan dan Sistem Pembelajaran
Lembaga
pendidikan Islam pada fase Makkah, ada dua macam/tempat, yaitu: Rumah Arqam
ibnu Arqam dan Kuttab. Kuttab
adalah lembaga pendidikan tingkat dasar.
Kuttab
sebagai lembaga pendidikan terbagi dua, yaitu:
a)
Kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi
Arab, dan sebagian besar gurunya adalah nonmuslim. Kuttab jenis ini merupakan
lembaga pendidikan yang dasar yang hanya mengajarkan baca tulis.
b)
Sebagai pengajaran Al-Quran dan dasar-dasar agama Islam. Pengajaran teks
Al-Quran pada jenis kuttab ini setelah qurra dan huffiazh (ahli bacaan dan penghafal
Al-Quran telah banyak). Guru yang mengajarkannya adalah dari ummat Islam
sendiri.
Materi dan
Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan
Islam pada periode Rasulullah di Makkah adalah Al-Quran, yang Allah wahyukan
sesuai dengan kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami umat
Islam saat itu.karena itu dalam praktiknya tidak saja logis dan rasional tetapi
juga secara fitrah dan pragmatis.
Pada
fase Makkah terdapat tiga macam inti sari materi pelajaran yang diberikan di
Makkah: yaitu keimanan, ibadah, dan akhlak. Pendidikan
keimanan yang menjadi pokok pertama adalah iman kepada Allah Yang Maha Esa,
beriman bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul Allah, diwahyukan kepadanya
Al-Quran sebagai petunjuk dan pengajaran bagi seluruh umat manusia. Pendidikan
ibadah yang diperintahkan di Makkah adalah shalat, sebagai pernyataan mengabdi
kepada Allah, ungkapan syukur, membersihkan jiwa dan menghubungkan hati kepada
Allah. Pendidikan akhlak, Nabi mengajarkan penduduk Makkah yang telah masuk
Islam agar melaksanakan akhlak yang baik, seperti adil, menepati janji, pemaaf,
tawakal, bersyukur atas nikmat Allah, tolong menolong, berbuat baik kepada ibu
bapak, memberi makan orang miskin dan orang musafir dan meninggalkan akhlak
yang buruk.
Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan yang
dilakukan Rasulullah dalam membidik sahabatnya antara lain: Metode ceramah,Dialog,
Diskusi atau tanya jawab, Metode perumpamaan, Metode kisah, Metode pembiasaan, Metode
hafalan[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada periode
makiyyah Rasulullah lebih memfokuskan kepada pembentukan Akidah dan moral
masyarakat makkah yang bertolak belakang dengan kebiasaan masyarakat mekkah
pada masa itu. Contohya, kebiasaan masyarakat mekkah menyembah
berhala, berjudi, meminum khamer, membunuh bayi perempuan, dan berzinah.
Setelah diangkatnya Nabi Muhammad dan berdakwah secara terang-terangan barulah
terbentuk Hukum Islam yang mengajak masyarakat mekkah untuk meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan terdahulu, dan menyembah kepada Allah SWT.
Ketika
Rasulullah mengajak masyarakat makkah untuk menyembah Allah dan meninggalkan
kebiasaan nenek moyang terdahulu, terdapat perlawanan dari masyarakat mekkah
yang membenci ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad sehingga Rasulullah
berhijrah ke Madinah.
Inti
pembentukan Hukum pada periode Makkiyah adalah membentuk akidah yang sesuai
dengan ajaran Islam, dan menyembah kepada Allah SWT. Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah
pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam
jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan
tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzan
dan Suwito, Sejarah Sosial
Pendidikan Islam Jakarta:
Kencana, 2005
Sirri, Mun’in Sejarah Fiqih Islam Sebuah
Pengantar, 1995. Risalah
Gusti
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Perguruan Tinggi/IAIN, 1986
Dra.Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,2008, cet.9
No comments:
Post a Comment