Tuesday, March 28, 2023

MAKALAH Asesmen dan Diagnosis Anak Berkebutuhan Khusus

 

MAKALAH

Asesmen dan Diagnosis Anak Berkebutuhan Khusus

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen Pengampu: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.

Disusun Oleh:

 

Novita Alhikmah        23040190102

Kelas                           PGMI C

 

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI  SALATIGA

2021

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyususun sebuah makalah dengan judul “ Asesmen dan Diagnosis Anak Berkebutuhan Khusus”.

            Penyusunan makalah ini didorong atas keinginan penyusun untuk memberikan sesuatu hal yang memberikan manfaat bagi setiap orang yang membaca. Penyusun juga mendapatkan ilmu baru atas apa yang telah dituangkan dalam  makalah tersebut. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr, Lilik Sriyanti, M.Si. selaku pembimbing materi dan dosen pendidikan anak berkebutuhan khusus yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

            Harapan kami bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan baru dari makalah ini mengenai Asesmen dan Diagnosis Anak Berkebutuhan Khusus. Saran dan kritik yang membangun untuk penyusun sangat di harapkan karena untuk menjadikan penyusun dapat memperbaiki makalah selanjutnya.

 

Salatiga, 23 September 2021

 

Penyusun,

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

Contents

MAKALAH.. i

KATA PENGANTAR. ii

DAFTAR ISI iii

BAB I

PENDAHULUAN.. 1

A.     Latar Belakang. 1

B.     Rumusan Masalah. 2

C.     Tujuan. 2

BAB II

PEMBAHASAN.. 3

A.     Pengertian Asesmen dan Diagnosis Anak Berkebutuhan Khusus. 3

B.     Metode dan Teknik Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. 4

C.     Tujuan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. 6

BAB III

PENUTUP. 11

A.     Kesimpulan. 11

B.     Saran. 12

Daftar Pustaka. 13

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang.

Asesmen pembelajaran sebagai komponen proses belajar mengajar berfungsi untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, dan permasalahan peserta didik khususnya ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Sasaran identifikasi dan asesmen akan dapat dicapai dengan baik jika pengelolaannya dilakukan secara sistematis baik pada tahap persiapan, pelaksannan, dan analisis hasilnya. Oleh karena itu, keterampilan melakukan identifikasi dan asesmen perlu dikuasai terutama oleh para calon guru atau orang-orang yang konsen mengenai mengelola pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus, agar dapat menerapkan proses belajar mengajar secara profesional[1]

            Ada beberapa istilah lain yang berkaitan dengan asesmen, yaitu pengujian (testing) dan diagnosis. Kedua istilah ini memang berhubungan erat dengan istilah asesmen tetapi bukan sinonim. Testing adalah pemberian seperangkat pertanyaan kepada peserta testing dalam kondisi terstruktur. Respons yang diperoleh dari tes sedapat mungkin berupa data kuantitatif berupa angka, daftar keterampilan yang telah dikuasai, dan sebagainya. Testing hanya merupakan salah satu strategi dalam asesmen Pendidikan untuk mengumpulkan informasi tentang ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Diagnosis adalah proses penyembuhan yang cocok. Misalnya jenis penyakit atau kelainan dinyatakan dalam satu label dan label tersebut sudah menunjukkan penyembuhan.[2]

Asesmen dapat dipandang sebagai upaya yang sistematis untuk mengetahui kemampuan, kesulitan, dan kebutuhan ABK pada bidang tertentu. Data hasil asesmen dapat dijadikan bahan dalam penyusunan program pembelajaran secara individual. Sehubungan dengan itu, asesmen harus menjadi kompetensi bagi seluruh guru khususnya dalam menangani ABK.[3] Sehingga dalam makalah ini akan dibahas mengenai ”Asesmen dan Diagnosis Anak Berkebutuhan Khusus.’’

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana definisi asesmen dan diagnosis anak berkebutuhan khusus?

2.      Bagaimana metode dan teknik asesmen untuk anak berkebutuhan khusus?

3.      Bagaimana tujuan asesmen anak berkebutuhan khusus?

C.    Tujuan

1.      Mengetahui definisi asesmen dan diagnosis anak berkebutuhan khusus.

2.      Mengetahui metode dan teknik asesmen anak berkebutuhan khusus.

3.      Mengetahui tujuan asesmen anak berkebutuhan khusus.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Asesmen dan Diagnosis Anak Berkebutuhan Khusus.

Istilah asesmen berasal dari Bahasa Inggris, yaitu assement  yang berarti penilaian suatu keadaan. Penilaian yang dimaksud adalah dalam hal ini berbeda dengan evaluasi. Jika evaluasi dilaksanakan setelah anak itu belajar dan bertujuan untuk menilai keberhasilan anak dalam mengikuti pelajaran, asesmen tidak demikian. Menurut Lerner (1998), dalam asesmen penilaian dilakukan pada saat anak belum diberikan pelajaran atau setelah deteksi ditemukan bahwa ia diperkirakan anak berkebutuhan khusus. Asesmen  bukan pula tes, melainkan tes merupakan bagian dari asesmen.

Uraian tersebut menjelaskan bahwa asesmen merupakan usaha untuk menghimpun informasi yang relevan guna memahami atau menentukan keadaan individu. Dalam bidang Pendidikan, asesmen merupakan berbagai proses yang rumit untuk lebih melengkapi hasil dari tes yang diberikan kepada siswa. Istilah asesmen memiliki makna yang berbeda dan jauh lebih luas dibandingkan dengan istilah diagnostic, tes, dan evaluasi.

Hays PA (2007) mendefinisikan asesmen  sebagai proses pengumpulan informasi tentang kondisi seorang anak yang akan digunakan untuk membuat  pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak tersebut. Tujuan utama dari asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program  pembelajaran bagi anak yang bersangkutan.

Pendapat Lerner (1998) asesmen adalah proses penilaian, pengukuran,  dan atau screening terhadap anak untuk mendapatkan informasi mengenai  aspek-aspek perkembangan dan perilaku anak berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat dilakukan diagnosis dan intervensi secara tepat sesuai kebutuhannya. Dalam uraian ini, kegiatan asesmen merupakan tindak lanjut dari kegiatan identifikasi. Kegiatan asesmen dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci, mendalam, terukur, tentang aspek tertentu dari anak berkebutuhan khusus. Menurut Hays P (2007), aspek yang menentukan asesmen diantaranya dapat mencakup : (a) kecerdasan; (b)kepribadian; (c) persepsi; (d)kematangan; (e) emosi; (f) Bahasa; (g) motoric; (h) prestasi akademik non-akademik; (i) aspek lain sesuai keperluan.

Karena sifatnya lebih rinci, mendalam, dan terukur, alat yang digunakan dalam asesmen lebih terstandar dibandingkan dengan alat yang digunakan dalam identifikasi. Kegiatan asesmen biasanya dilakukan oleh tenaga professional, yaitu mereka yang memiliki kualifikasi , kompetensi, dan kewenangan khusus untuk pelaksanaan asesmen, diantaranya psikolog, ortopedagog, dokter, terapis, dan ahli lain. Untuk memahaami konsep asesmen dengan benar, tulisan ini akan dimulai dengan membandingkan pengertian asesmen dengan pengertian diagnostic, tes dan evaluasi.[4]

Sedangkan diagnosis dari anak berkebutuhan khusus memang sangat subjektif sifatnya. Tidak ada tes jaringan atau darah untuk mendeteksi apakah anak mengalami autisme (masalah perkembangan pada anak yang ditandai dengan masalah pada interaksi sosial timbal balik, komunikasi, dan pola tingkah laku repetitif dan minat yang sempit), gangguan bipolar (gangguan jiwa yang ditandai perubahan suasana hati, pikiran, energi, dan perilaku yang dramatis), ADHD (gangguan yang ditandai dengan kesulitan memusatkan perhatian, kesulitan menahan, atau kesulitan mengendalikan keinginan, dan mengendalikan gerakan), dll.

Ketika diagnosis seperti ADHD dicap pada suatu folder, menurut Dr. Shannon, orang tua dan para professional akan berhenti mencari solusi lain. Dan ketakutan terbesar para orang tua adalah  guru anak akan melihatnya sebagai penderita ADHD, bukan sebagai anak. Ia percaya  bahwa ada banyak cara untuk membantu anak ini.

ADHD adalah salah satu kelainan yang paling sering terjadi pada anak, yang dapat berlanjut sampai remaja hingga dewasa. Gejala yang ditimbulkan  meliputi kesulitan untuk tetap focus dan memberikan perhatian, kesulitan mengontrol prilaku sehari-hari dan hiperaktif.

Masing-masing anak tentu memiliki tingkat kepribadian, tempramen dan tingkat energi yang berbeda-beda. Pada sebagian anak mudah mengalami masalah perhatian yang teralihkan, selalu bertindak impulsive dan sulit konsentrasi. Terkadang hal-hal seperti diatas dapat terjadi pada anak yang normal dan kita seringkali keliru menegakkan doagnosa.[5]

B.     Metode dan Teknik Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus.

B.Seperti telah diuraikan di atas bahwa metode atau cara yang dapat digunakan dalam melaksanakan asesmen antara lain:

B.1. Observasi, pengamatan yang dilakukan terhadap cara belajar siswa, tingkah laku yang muncul pada saat siswa belajar, dan sebagainya

B.2. Tes atau evaluasi hasil belajar, diperoleh dengan cara memberikan tes pada setiap bidang pengajaran.

B.3. Wawancara, dilakukan terhadap orang tua, atau keluarga, dan siswa.

Sedangkan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diharapkan melalui metode di atas adalah:

a. Ceklis, yaitu memberikan tanda pada bagian-bagian yang telah ditentukan pada pedoman sesuai dengan kemampuan anak.

b. Skala nilai, yaitu bentuk penilaian yang mengarah pada kemampuan atau prestasi belajar siswa.

Adapun bentuk laporan hasil pelaksanaan asesmen dapat berupa:

a. Grafik, yaitu untuk menggambarkan posisi setiap siswa dalam tiap-tiap bidang pengajaran

b. Data kualitatif, yaitu deskripsi singkat tentang kemampuan siswa dalam belajar untuk setiap bidang studi

c. Data kuantitatif, yaitu data berupa angka. Supaya tidak menyesatkan, data kuantitatif ini hendaknya selalu diiringi dengan data kualitatif.

Ada beberapa persyaratan dalam menentukan metode asesmen, yaitu :

a. Autentik, perilaku nyata dalam setting nyata

b. Konvergen, sumber informasi yang beragam

c. Kolaborasi, dilakukan bersama, terutama sekali dengan pengasuh

d. Equity, mampu mengakomodasi kebutuhan khusus anak

e. Sensivitas, dapat memasukan materi yang cukup untuk perencanaan keputusan

f. Kongruen, ada kesamaan prosedur yang diterapkan, baik dalam pengembangan maupun evaluasinya.

Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan didalam melakukan asesmen sebagaimana Mary, A.Falvey, (1986) mengemukakan tentang kapan, dimana, dan bagaimana asesmen itu dilakukan.Untuk menentukan program pembelajaran yang relevan dan fungsional bagi anak, asesmen seyogyanya dilakukan secara terus menerus (kontinyu). Dengan cara ini asesmen dapat memfasilitasi belajar anak dan keterampilan yang diperoleh dari hasil belajar akan menjadi fungsional. Melihat bagaimana perilaku anak, asesmen hendaknya dilakukan dalam situasi alamiah (seperti di rumah, di dalam kelas, di kantin, di asrama, dsb. di mana anak tinggal). Proses asesmen pada situasi alamiah ini penting untuk melihat perilaku nyata anak dalam berbagai ragam situasi/lingkungan.

            Metode dan teknik harus menjadi pertimbangan di dalam melakukan asesmen. Beberapa teknik dapat digunakan dalam melakukan asesmen, di antaranya: observasi, wawancara, tes, dan inventori. Namun demikian, observasi dan wawancara yang mendalam banyak membantu menggali kemampuan, masalah, dan kebutuhan anak. Observasi sangat berguna untuk melihat kemampuan dan keterampilan anak dalam situasi/lingkungan yang alamiah. Perilaku itu muncul tanpa ada intervensi dan manipulasi dari guru. Melalui lembar observasi guru hanya menandai atau menceklis setiap perilaku yang muncul (mis.: tidak pernah, kadang-kadang, sering, atau sering sekali), sehingga akan tampak perilaku yang menjadi masalah pada anak tersebut. Data yang dikumpulkan dari kegiatan observasi mungkin berkaitan erat dengan manusia, material, atau benda, dan berbagai situasi yang berhubungan dengan anak. Berdasarkan hasil observasi, guru dapat mengembangkan program pengembangngan perilaku yang bersifat negatif ke arah perilaku yang bersifat positif.[6]

C.     Tujuan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus.

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai terkait dengan dilaksanakan asesmen di sekolah, khususnya bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Terkait dengan waktunya Slavia dkk (2010) menjelaskan adanya lima tujuan dilaksanakannya asesmen bagi anak berkebutuhan khusus,yaitu:

1. Menyaring kemampuan anak, yaitu untuk mengetahui kemampuan anak pada setiap aspek, misalnya bagaimana kemampuan bahasa, kognitif, kemampuan gerak,atau penyesuaian dirinya,

2. Pengklasifikasian, penempatan, dan penentuan program,

3. Penentuan arah dan tujuan pendidikan, ini terkait dengan perbedaan klasifikasi berat ringannya kelainan yang disandang seorang anak, yang berdampak pada perbedaan tujuan pendidikannnya,

4. Pengembangan program pendidikan yang diindividualkan yang sering dikenal sebagai individualized educational program,yaitu suatu program pendidikan yang dirancang khusus secara individu untuk anak-anak berkebutuhan khusus,

5. Penentuan strategi, lingkungan belajar, dan evalusi pembelajaran.

Selain kelima tujuan diatas, Taylor (2000) mengemukakan adanya dua tujuan dalam pelaksanaan asesmen, yaitu:

1. Untuk mengidentifikasi dan terkadang pemberian label untuk kepentingan administratif masalah belajar yang dialami anak-anak berkebutuhan khusus,

2. Untuk memperoleh informasi tambahan yang dapat membantu dalam merumuskan tujuan pembelajaran, dan strategi pemberian remedial bagi anak-anak yang diduga berkebutuhan khusus. [7]

Berdasarkan dua tujuan tersebut, selanjutnya Taylor (2000) merinci tujuan asesmen menjadi tujuh hal berikut.

1. Identifikasi Awal (Screening)

Screening ditujukan untuk mengidentifikasi atau menemukenali anak yang memiliki masalah akademik dan memerlukan Iayanan pendidikan khusus.Agar tercapai tujuan ini, prosedur asesmen harus dilakukan dengan efesien, efektif dan memiliki kesahihan yang tinggi dalam mengidentifikasi anak-anak yang paling banyak membutuhkan bantuan.

Seorang anak yang akan diasesmen diawali dengan identifikasi. Asesmen tersebut dapat dilakukan dengan prosedur informal (seperti observasi, wawancara, analisis pekerjaan, dan sebagainya) maupun prosedur formal (seperti tes prestasi belajar). Asesmen dapat juga digunakan untuk siswa yang diduga mengalami masalah yang beresiko tinggi. Pada tahap ini asesmen dilakukan untuk mengidentifikasi anak-anakyang membutuhkan evaluasi tambahan. Asesmen juga ditujukan untuk mengidentifikasi anak-anak yang membutuhkan program remedial dengan segera.

2. Menentukan dan Menilai Strategi dan Program Pembelajaran

Asesmen dilakukan untuk menentukan strategi dan program pembelajaran yang sesuai. Oleh karena itu informasi asesmen dapat digunakan dalam 4 cara:

a. Sebelum seorang anak menerima layanan pendidikan khusus,ia akan dibantu guru pendidikan umum dalam menentukan program pembelajaran yang tepat bagi anak

b. Prosedur asesmen dapat menentukan keefektifan strategi dan program pembelajaran.

c. Asesmen dapat memberikan informasi kebutuhan rujukan formal.

d. Informasi rujukan dapat diwujudkan dalam program

pendidikan yang diindividualkan pada anak-anak yang membutuhkan layanan pendidikan khusus.

3. Menentukan Tingkat Kemampuan dan Kebutuhan Pendidikan.

      Anak-anak yang menerima layanan pendidikan khusus harus diidentifikasi kebutuhannya. Caranya adalah dengan mengevaluasi tingkat kemampuan setiap anak, yang terdiri dari pengukuran pra akademik, akademik, dan keterampilan sosial. Data pengukuran tingkat kemampuan tersebut dikumpulkan oleh ahli yang terkait. Fakta pengukuran tersebut digunakan untuk:

a. Mengidentifikasi kemampuan umum dibagian mana anak membutuhkan bantuan.

b. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan anak.

c. Menentukan strategi pembelajaran dan pendekatan remedial yang efektif pada anak.[8]

4. Keputusan Kelayakan Layanan Pendidikan.

Data asesmen digunakan untuk menentukan kelayakan layanan pendidikan khusus karena layanan tersebut melibatkan pelabelan atau klasifikasi anak. Tujuan utama pelabelan dan pengklasifikasian dalam pendidikan khusus adalah (1) untuk mengidentifikasi anak-anak yang mengalami masalah yang cukup berarti. (2) untuk menunjukkan hubungan antara permasalahan pendidikan dan (3) untuk memberikan informasi yang melibatkan komunikasi profesional dalam keilmuan.

Untuk menerima layanan pendidikan khusus, seorang anak hams memenuhi persyaratan yang diperlukan. Kemampuan akademik, potensi intelektual, sensori dan kemampuan lainnya dianalisis untuk menentukan kelayakan memperoleh pendidikan khusus. Jika data yang terkumpul menunjukkan bahwa kemampuan anak rata-rata, maka ia tidak berhak memperoleh layanan lendidikan khusus.

5. Keputusan Penempatan Program.

Informasi asesmen harus digunakan sebagai pertimbangan untuk membuat keputusan penempatan pendidikan yang paling sesuai bagianak-anak berkebutuhank husus.

6.      Mengembangkan Program Pendidikan individual

Jika seorang anak memperoleh layanan pendidikan khusus formal, ia harus memiliki program pendidikan individual (PPI). PPI ini berfungsi sebagai kontrak untuk mengidentifikasi tujuan dan waktu pemberian layanan. Adapun komponen PPI terdiri dari beberapa informasi berikut.

a. Pernyataan yang memuat tingkat capaian pendidikan anak, yang meliputi:

1) Bagaimana kondisi berkebutuhan khusus anak mempengaruhi kemajuan pendidikannya secara umum.

2) Bagaimana kondisi berkebutuhan khusus mempengaruhi partisipasi dalam kegiatan yang sesuai dengan teman sebayanya.

b. Pernyataan tentang tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek,yang berkaitan dengan:

1) Kebutuhan anak.

2) Kebutuhan anak-anak lain yang menyebabkan gangguan pada anak.

      c. Pernyataan tentang pendidikan khusus dan layanan terkait yang relevant yang meliputi

modifikasi program dan dukungan yang dibutuhkan anak.

1) Kemajuan dalam pendidikan umum dan keterlibatan dalam kegiatan non akademik dan ekstrakurikuler.

2) Bagaimana menghadapi tujuan jangka panjang.

      d. Penjelasan tentang perluasan jika ada anak yang tidak berpartisipasi dengan anak-anak yang        

          tidak mengalami kelainan di kelas pendidikan umum.

                  e. Pernyataan tentang modifikasi yang dilakukan jika perlu atau perluasan program asesmen

atau    jika tim PPI menentukan anak-anak tidak harus berpartisipasi, yaitu:

1) Mengapa asesmen tidak sesuai.

2) Bagaimana anak-anak akan diasesmen.

      f. Waktu pelaksanaan layanan, frekuensi, lokasi, dan lamanya pemberian layanan.

Pernyataan tentang kebutuhan layanan transisi anak-anak dalam kurikulum (misalnya pelatihan vokasional, dan sebagainya).

7. Memonitor dan Melaporkan Kemajuan (Evaluasi)

Monitor dan laporan kemajuan program layanan anak berkebutuhan khusus ditujukan untuk melihat pengaruhnya terhadap pembelajaran. Berbagai prosedur digunakan untuk mendokumentasikan tingkat dan jenis prestasi tujuan yang telah ditetapkan. Informasi yang telah diperoleh digunakan untuk membuat modifikasi program (jika dianggap penting). Asesmen pada tahap ini bertujuan untuk:

a. Penentuan kriteria tujuan. Tujuan dan sasaran dinyatakan dalam istilah standar baik dari segi waktu maupun keakuratannya.

b. Penentuan prosedur evaluasi yang sesuai. Tergantung pada jumlah faktor. Dalam prakteknya, prosedur formal lebih banyak digunakan untuk menilai tujuan jangka panjang, sedangkan prosedur informal digunakan untuk menilai tujuan jangka pendek.

c. Penentuan jadwal evaluasi tujuan. Ditentukan pada saat PPI dikembangkan. Idealnya evaluasi dilakukan dalam proses yang berkelanjutan, berdasarkan prestasi anak dikelas.

Dari uraian tujuan di atas, setidaknya ada beberapa hal penting yang perlu digarisbawahi dalam asesmen, yaitu (1) asesmen dilakukan untuk penyeleksian anak-anak yang berkebutuhan khusus. (2) asesmen bertujuan pula untuk penempatan siswa, sesuai dengan kemampuannya, (3) untuk merencanakan program dan strategi pembelajaran, dan (4) untuk mengevaluasi dan memantau perkembangan belajar siswa.

Secara khusus, sesungguhnya tujuan asesmen dapat berorientasi pada keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh seorang anak, baik dalam segi kemampuan akademik ataupun nonakademik. Keterampilan akademik terkait dengan kemampuan anak dalam bidang-bidang skolastik atau mata pelajaran yang membutuhkan pemikiran dan penalaran, seperti bahasa dan matematika. Disini akan dapat diketahui dan ditentukan dalam hal apa anak mengalami permasalahan, serta bagaimana langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjawab permasalahan tersebut. Sedang keterampilan nonakademik menyangkut kemampuan atau kesanggupan anak dalam bidang-bidang yang tidak berorientasi pada pemikiran dan penalaran, misalnya kesenian, olahraga, vokasional, atau kemampuan motoric.[9]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Asesmen merupakan usaha untuk menghimpun informasi yang relevan guna memahami atau menentukan keadaan individu. Dalam bidang Pendidikan, asesmen merupakan berbagai proses yang rumit untuk lebih melengkapi hasil dari tes yang diberikan kepada siswa. Istilah asesmen memiliki makna yang berbeda dan jauh lebih luas dibandingkan dengan istilah diagnostic, tes, dan evaluasi.

Diagnosis dari anak berkebutuhan khusus memang sangat subjektif sifatnya. Tidak ada tes jaringan atau darah untuk mendeteksi apakah anak mengalami autisme (masalah perkembangan pada anak yang ditandai dengan masalah pada interaksi sosial timbal balik, komunikasi, dan pola tingkah laku repetitif dan minat yang sempit), gangguan bipolar (gangguan jiwa yang ditandai perubahan suasana hati, pikiran, energi, dan perilaku yang dramatis), ADHD (gangguan yang ditandai dengan kesulitan memusatkan perhatian, kesulitan menahan, atau kesulitan mengendalikan keinginan, dan mengendalikan gerakan), dll.

Metode atau cara yang dapat digunakan dalam melaksanakan asesmen antara lain:

1. Observasi, pengamatan yang dilakukan terhadap cara belajar siswa, tingkah laku yang muncul pada saat siswa belajar, dan sebagainya

2. Tes atau evaluasi hasil belajar, diperoleh dengan cara memberikan tes pada setiap bidang pengajaran.

3. Wawancara, dilakukan terhadap orang tua, atau keluarga, dan siswa.

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai terkait dengan dilaksanakan asesmen di sekolah, khususnya bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Terkait dengan waktunya Slavia dkk (2010) menjelaskan adanya lima tujuan dilaksanakannya asesmen bagi anak berkebutuhan khusus,yaitu:

1. Menyaring kemampuan anak, yaitu untuk mengetahui kemampuan anak pada setiap aspek, misalnya bagaimana kemampuan bahasa, kognitif, kemampuan gerak,atau penyesuaian dirinya,

2. Pengklasifikasian, penempatan, dan penentuan program,

3. Penentuan arah dan tujuan pendidikan, ini terkait dengan perbedaan klasifikasi berat ringannya kelainan yang disandang seorang anak, yang berdampak pada perbedaan tujuan pendidikannnya,

4. Pengembangan program pendidikan yang diindividualkan yang sering dikenal sebagai individualized educational program,yaitu suatu program pendidikan yang dirancang khusus secara individu untuk anak-anak berkebutuhan khusus,

5. Penentuan strategi, lingkungan belajar, dan evalusi pembelajaran.

 

B.     Saran

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan dikarenakan kurang luasnya cakupan materi, pemahaman, pengetahuan, dan referensi yang didapatkan. Penulis menyarankan agar pembaca dapat mencari sumber referensi lain dari buku, e-book, jurnal, ataupun sumber lainnya yang relevan agar memperluas pemahaman mengenai materi “ Asesmen dan Diagnosis Anak Berkebutuhan Khusus.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Aziz Fikri, Diagnosa Anak Berkebutuhan Khusus, https:www.academia.edu/22832165/Diagnosa_anak_berkebutuhan_khusus diakses pada tanggal 23 September 2021, pukul 11.24

Marlina. 2015 Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (Pendekatan Psikoedukasional).Padang: UNP Press Padang

Samsi, Ibnu. 2019. Identifikasi dan Asesmen Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bogor: IPB Press

Yuwono, Imam. 2015 Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Setting Pendidikan Inklusif. Banjarmasin: Pustaka Banua

 

 

 

 



[1] Ibnu Samsi dan Haryanto, Identifikasi dan Asesmen Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. (Bogor:IPB Press,2019).hlm.iv.

[2] Ibid,hlm.10

[3] Imam Yuwono, Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Setting Pendidikan Inklusif, (Banjarmasin:Pustaka Banua,2015),hlm20

[4] Ibnu Samsi dan Haryanto, Identifikasi dan Asesmen Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. (Bogor:IPB Press,2019).hlm.11

[5] Aziz Fikri, Diagnosa Anak Berkebutuhan Khusus, https:www.academia.edu/22832165/Diagnosa_anak_berkebutuhan_khusus diakses pada tanggal 23 September 2021, pukul 11.24

[6] Imam Yuwono, Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Setting Pendidikan Inklusif, (Banjarmasin:Pustaka Banua,2015),hlm54

[7] Marlina, Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (Pendekatan Psikoedukasional) (Padang:UNP Press Padang,2015),hlm 45

[8] Ibid,hlm47

[9] Ibid,hlm.49

No comments:

Post a Comment

MAKALAH HAKIKAT KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN

MAKALAH HAKIKAT KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Dosen Pengampu : Hesti...